“Masa depan seperti
apakah yang kamu inginkan?”
Pernahkah dirimu mendapatkan
pertanyaan demikian? Aku sering.
Kebanyakan wanita, mempersempit
topik ini dengan membahas pernikahan.
Yang sering, tentang obrolan
suami masa depan. Agaknya, hidup setelah menikah terasa jauh lebih indah karena
akan banyak waktu yang dihabiskan bersamanya. Entahlah, kupikir itu sesuatu
yang terlalu rumit untuk diperbincangkan. Atau aku yang terlalu memikirkan?
Ku pikir aku masih terlalu sayang
teramat sangat pada dua lelaki terbaikku, bapak dan adik lelakiku. Lalu
mampukah aku tuk berbagi rasa?
Ku pikir, ketika aku sering
mendapati kamarku yang berantakan, pantaskah aku mendapatkannya?
Ketika menyadari aku belum cukup
mampu untuk memasak, pantaskah aku berharap tuk segera bersanding dengannya*?
Ketika aku belum cukup mampu
untuk mengerjakan tugas kuliah, hafalan, murojaah Al Quran dengan baik,
pantaskah aku menjadi seorang Ibu ?
Ketika aku mendapati diri ini
begitu sangat membosankan, mampukah menjaga kesetiaan?
Entahlah, rasanya itu bahasan
yang terlalu rumit. Hanya bisa menjadi lebih baik lagi dan lagi.
Ku pikir masa depan itu membangun
peradaban. Karenanya butuh banyak hal yang harus dipersiapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar