Selasa, 29 September 2015

Dalam Dekapan Ukhuwah (Salim A Fillah)



Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran
karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus
sejuta kebaikan yang lalu
wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali:
“jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”
mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
menjadi kepompong dan menyendiri
berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
melantun kebaikan di anatara bunga, menebar keindahan pada dunia
lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah
mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
dengan persaudaraan suci: sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.
“Kita kadang merasa lebih benar, lebih baik, lebih tinggi, dan lebih suci dibanding mereka yang kita nasehati.
Hanya mengingatkan kembali kepada diri ini: jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak.
Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani.
Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pajakan.
Jika kau merasa wangi, priksa ikhlasmu, mungkin itu asap dari amal shalihmu YANG HANGUS DIBAKAR RIYA’.”
“Semua orang yang ada dalam hidup kita,
masing-masingnya, bahkan yang paling menyakiti kita
diminta untuk ada disana
agar cahaya kita dapat menerangi jalan mereka”
“Keputusan yang salah dari sebuah musyawarah, jauh lebih baik daripada pendapat pribadi, betapapun benarnya”
“Bersabarlah, dalam syuraa, juga dalam dekapan ukhuwah”
“Dalam dekapan ukhuwah, kelembutan nurani menuntun kita untuk menjadi anak Adam sejati; memiliki kesalahan, mengakuinya, memperbaikinya, dan memaafkan sesama yang juga tak luput dari khilaf dan lupa…”
“Ada banyak hal yang tak pernah kita minta
tapi Allah tiada alpa menyediakannya untuk kita
seperti nafas sejuk, air segar, hangat mentari,
dan kicau burung yang mendamai hati
jika demikian, atas doa-doa yang kita panjatkan
bersiaplah untuk diijabah lebih dari apa yang kita mohonkan”
“ jika Muhammad berfikir sebagaimana engkau menalar
Tidaklah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?
Tapi Muhammad tau, kawan
Ridha Allah teletak pada sulit atau mudahnya
Berat atau ringannya, bahagia atau sedihnya
Senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya”
“ ridha Allah terletak pada Apakah kita menaatiNya dalam menghadapi semua itu
Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangan Nya  dalam semua keadaaan dan ikhtiar yang kita lakukan”
“maka selama di situ engkau berjalan bersemangatlah kawan …”
“Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi.”

“sungguh KITA SEDANG BERCERMIN
menjadi CERMIN BAGI SAUDARA-SAUDARA KITA TERCINTA
layaknya UMAR R.A. bercermin pada seorang ABU BAKAR RA”








Tidak ada komentar:

Posting Komentar